Perkembangan Teknologi Komunikasi (Media Sosial)








 Dosen : Esty Setianingsih
Nama : Alfajri Yasmaulana
Kelas/NPM : 1IA02/50415491


UNIVERSITAS GUNADARMA



Perkembangan Teknologi Komunikasi (Media Sosial)


BAB 1
PEMBUKA
1.      Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman terus melaju pesat. Teknologi akses komunikasi semakin maju memudahkan masyarakat dalam bersosialisasi. Kemudahan-kemudahan tersebut ditawarkan melalui munculnya banyak media sosial yang dapat digunakan oleh semua orang untuk berinteraksi atau sekedar mencari hiburan melalui dunia maya.

Kemajuan teknologi komunikasi ternyata dimanfaatkan juga oleh remaja untuk megaktualisasikan diri, belajar, dan bermain. Melalui media sosial yang kini bak jamur, banyak remaja yang memanfaatkannya sebagai sarana berinteraksi dengan teman, berbagi tugas-tugas sekolah, bermain game, dan atau sekedar untuk mengisi waktu luang.
Namun ternyata, kemudahan kemudahan yang ditawarkan akibat perkembangan teknologi komunikasi, selain banyak membawa dampak positif juga membawa pengaruh negatif terhadap waktu bermain dan belajar remaja. Adanya media sosial digunakan oleh 27 juta anak dan remaja di Indonesia ini membuat memudarnya batasan-batasan prilaku yang dilakukan remaja. Kemudahan akses media sosial ternyata mengganggu waktu bermain dan belajar. Hal tersebut terjadi karena banyak aspek seperti tingkat konformitas remaja, kurangnya pengawasan orang tua, dan kurang berperannya pemerintah yang sebenarnya memiliki otoritas untuk mengendalikan penggunaan media sosial.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apakah pengertian media sosial, peran, fungsi, dan jenis-jenisnya?
b.      Bagaimana penggunaan media sosial di indonesia?
c.       Bagaimana keterkaitan antaran remaja dan media sosial?
d.      Apakah pengaruh penggunaan media sosial terhadap waktu bermain dan belajar di kalangan remaja di indonesia?
e.       Bagaimana pengendalian penggunaan media sosial yang dapat dilakukan di indonesia?





BAB 2
ISI

1.      Pengertian Media Sosial, Peran, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya
A.    Pengertian Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan social media dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.
Media sosial mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut :
a.       Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.
b.      Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
c.       Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya.
d.      Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.
e.       Pertumbuhan Media Sosial.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.
B.     Peran Media Sosial
Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh pemasaran bagi banyak perusahaan dan merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau pelanggan dan klien. Media sosial sperti blog, facebook, twitter, dan  youtube memiliki sejumlah manfaat bagi perusahaan dan lebih cepat dari media konvensional seperti media cetak dan iklan TV, brosur dan selebaran.

Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan media konvensional, antara lain :
a.       Kesederhanaan
Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet.
b.      Membangun Hubungan
Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk berinteraksi dengan  pelanggan dan membangun hubungan. Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide, pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan hal tersebut, media tradisional hanya melakukan komunikasi satu arah.
c.       Jangkauan Global
Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna.
d.      Terukur
Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas promosi. Tidak demikian dengan media konvensional yang membutuhkan waktu yang lama.

C.     Fungsi Media Sosial
Ketika kita mendefinisikan media sosial sebagai sistem komunikasi maka kita harus mendefinisikan fungsi-fungsi terkait dengan sistem komunikasi, yaitu :
a.       Administrasi
Pengorganisasian proofil karyawan perusahaan dalam jaringan sosial yang relevan dan relatif dimana posisi pasar anda sekarang. Pembentukan pelatihan kebijakan media sosial, dan pendidikan untuk semua karyawan pada penggunaan media sosial. Pembentukan sebuah blog organisasi dan integrasi  konten dalam masyarakat yang relevan. Riset pasatr untuk menemukan dimana pasar anda.
b.      Mendengarkan dan Belajar
Pembuatan sistem pemantauan untuk mendengar apa yang pasar anda inginkan, apa yang relevan dengan mereka.
c.       Berpikir dan Perencanaan
Dengan melihat tahap 1 dan 2, bagaimana anda akan tetap didepan pasar dan begaimana anda berkomunikasi ke pasar. Bagaiman teknologi sosial meningkatkan efisiensi operasional hubungan pasar.
d.      Pengukuran
Menetapkan langkah-langkah efektif sangat penting untuk  mengukur apakah metode yang digunakan, isi dibuat dan alat yang anda gunakan efektif dalam meningkatkan posisi dan hubungan pasar anda.

D.    Jenis-Jenis Media Sosial
Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka diterbitkan dalam 2010. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial.
1.      Proyek Kolaborasi (Collaborative projects)
Suatu media sosial yang dapat membuat konten dan dalam pembuatannya dapat diakses oleh khalayak secara global. Ada dua sub kategori  yang termasuk ke dalam collaborative project dalam media sosial, yakni:
a.       Wiki
Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk menambahkan, menghapus, dan mengubah konten berbasis teks.
Contoh: Wikipedia, Wiki Ubuntu-ID, wakakapedia, dll.
b.      Aplikasi Bookmark Sosial
Aplikasi bookmark sosial, yang dimana memungkinkan adanya pengumpulan berbasis kelompok dan rating dari link internet atau konten media. Contoh:
·         Social Bookmark : Del.icio.us, StumbleUpon, Digg, Reddit, Technorati, Lintas Berita, Infogue
·         Writing : cerpenista, kemudian.com
·         Reviews : Amazon, GoodReads, Yelp.
2.      Blog dan mikroblog (Blogs and microblogs)
Blog dan mikroblog merupakan aplikasi yang dapat membantu penggunanya untuk tetap posting mengenai pernyataan apapun sampai seseorang mengerti. Blog sendiri ialah sebuah website yang menyampaikan mengenai penulis atau kelompok penulis baik itu sebuah opini, pengalaman, atau kegiatan sehari-hari. Contoh :
·         Blog : Blogspot (Blogger), WordPress, Multiply, LiveJournal, Blogsome, Dagdigdug, dll.
·         Microblog : Twitter, Tumblr, Posterous, Koprol, Plurk, dll
·         Forum : Kaskus, Warez-bb, indowebster.web.id, forumdetik
·         Q/A (Question/Answer) : Yahoo! Answer, TanyaLinux, formspring.me
3.      Konten (Content)
Content communities atau konten masyarakat merupakan sebuah aplikasi yang bertujuan untuk saling berbagi dengan seseorang baik itu secara jarak jauh maupun dekat,  berbagi seperti video, ebook, gambar, dan lain – lain. Contoh :
·         Image and Photo Sharing : Flickr, Photobucket, DeviantArt, dll
·         Video Sharing : YouTUBE, Vimeo, Mediafire, dll
·         Audio and Music Sharing : Imeem, Last.fm, sharemusic, multiply
·         File Sharing and Hosting : 4shared, rapidshare, indowebster.com
·         Design : Threadless, GantiBaju, KDRI (Kementerian Desain Republik Indonesia).
4.      Situs jejaring sosial (Social networking sites)
Situs jejaring sosial merupakan situs yang dapat membantu seseorang untuk membuat sebuah profil dan kemudian dapat menghubungkan dengan pengguna lainnya. Situs jejaring sosial adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk terhubung menggunakan profil pribadi atau akun pribadinya.
Contoh : Friendster, Facebook, LinkedIn, Foursquare, MySpace, dll
5.      Virtual game worlds
Dunia virtual, dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa muncul dalam bentuk avatar – avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. contohnya game online.
Contoh : Travian, Three Kingdoms, Second Life, e-Republik, World of Warcraft, dll
6.      Virtual social worlds
Virtual social worlds merupakan aplikasi yang mensimulasikan kehidupan nyata melalui internet. Virtual social worlds adalah situs yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dalam platform tiga dimensi dengan menggunakan avatar yang mirip dengan kehidupan nyata. Contoh :
·         Map : wikimapia, GoogleEarth
·         e-Commerce : ebay, alibaba, juale.com, dll

2.      Penggunaan Media Sosial di Indonesia
Berdasarkan sebuah survei nasional yang dilakukan oleh kelompok advokasi Common Sense Media Amerika terhadap lebih dari 1.000 remaja berusia antara 13 dan 17, diperoleh gambaran bagaimana meresapnya  komunikasi seluler pada kelompok usia tersebut (www.washingtonpost.com). Ternyata pesan teks masih tetap menjadi aplikasi yang disukai remaja untuk berkomunikasi. Dua-pertiga responden dari survei tersebut mengaku mereka berkirim pesan setiap hari dimana setengahnya mengatakan mereka mengunjungi situs jejaring sosial setiap hari. Seperempat dari remaja menggunakan setidaknya dua jenis media sosial dalam sehari.
Melalui survei tersebut Common Sense Media Amerika juga menemukan bahwa responden remaja merasa media sosial sebagai fasilitas yang bermanfaat bagi mereka. Setengah dari remaja mengungkapkan bahwa kehadiran jejaring sosial membantu hubungan pertemanan mereka, ketika hanya 4% diantaranya mengatakan bahwa platform tersebut justru menghancurkan hubungan mereka.3 dari 10 remaja juga mengaku bahwa jejaring sosial membuat mereka merasa lebih ramah, dibandingkan dengan 5 persen lainnya merasa menjadi lebih tertutup. Setengah dari keseluruhan responden mengaku bahwa komunikasi secara “nyata” jauh lebih menyenangkan dan bermanfaat bagi hubungan mereka walaupun 4% diantaranya  lebih memilih untuk bicara melalui telepon.
Di Indonesia sendiri, jumlah pengguna internet  mencapai peringkat ketiga di Asia (www.kominfo.go.id). Dari data terakhir pada Desember 2011, tercatat jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang atau menguasai Asia sebesar 22,4% setelah Jepang. Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia pada April 2012, jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia juga besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di Indonesia. Meningkatnya jumlah pengguna tersebut menjadikan Indonesia sebagai  negara kelima terbesar pengguna Twitter di bawah Inggris dan negara besar lainnya.
Adapun hasil survei dari Frontier Consulting Group Indonesia mengenai perilaku digital remaja Indonesia menunjukkan adanya peningkatan drastis pada perilaku digital remaja hanya dalam kurun waktu satu tahun saja. Responden survei merupakan remaja  yang  berusia antara 13-19 tahun dan sedang duduk di bangku SMP dan SMA. Survei diadakan di enam kota besar di Indonesia pada tahun 2011 dan 2012. Di tahun 2011, hasil survei menunjukkan bahwa 91,2% remaja memiliki akun media sosial. Persentasi ini meningkat pada tahun 2012 dimana sebanyak 97,5% remaja memiliki akun media sosial. Peningkatan terbesar adalah perilaku mereka dalam melakukan download atau upload yang semula hanya 48,8% di tahun 2011, menjadi 71,1% di tahun 2012.
Media-media sosial yang banyak digemari oleh masyarakat, khususnya remaja saat ini menghadirkan berbagai fitur/fasilitas yang memberikan kesempatan bagi pengguna untuk dapat mendokumentasikan setiap aspek dari hidupnya. Sebut saja aplikasi Path, yang menawarkan kemudahan bagi pengguna untuk berbagi foto dan video, memberitahukan lokasi dan lagu yang sedang didengar oleh pengguna, atau bahkan melakukan percakapan pribadi yang disertai dengan berbagai macam emoticon menarik. Bisa dilihat pula aplikasi popular seperti Facebook dan Twitter yang menghadirkan fitur “Likes” serta “Retweet” yang memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mengetahui pendapat pengguna lainnya. Namun perlu disadari bahwa secara tidak sadar berbagai fitur tersebut justru membiasakan masyarakat untuk hidup dan mempresentasikan kehidupan yang “likeable” (Jurgenson, 2012). Dalam keseharian, pengguna media sosial bisa memberitahukan lokasi, mendokumentasikan situasi, dan juga memuat kutipan percakapan yang ia dengar di tempat tersebut. Perlu diingat pula hasil dokumentasi tersebut dilihat secara langsung oleh penonton yang bisa menyaksikan semuanya dan biasa disebut sebagai followers.
Kesadaran pengguna akan bagaimana hidup dirinya akan dinilai oleh orang lain secara tidak sadar meningkat. Pemilihan foto untuk dijadikan profile picture ataupun  status yang diperbarui semuanya didasarkan pada sejauh mana hal tersebut akan disukai oleh orang lain. Akibatnya kita berusaha untuk selalu mencari momen-momen dalam hidup yang sekiranya akan mampu menarik sebagian besar komentar dan “likes”. Kekuatan transformatif yang dihadirkan oleh media sosial ini dirasa menjadi salah satu jawaban atas maraknya penggunaan media sosial pada remaja. Karena melalui komentar dan“likes”yang diberikan ternyata bisa dijadikan gambaran bagi remaja akan penerimaan lingkungan terhadap dirinya.
Remaja pada umumnya memiliki karakteristik sebagai seseorang yang eksploratif serta variety seeker (Anderson, 2013). Ia senang mencoba berbagai macam hal baru dan relatif cepat bosan. Ia juga kerap memiliki rasa akan diri yang tidak stabil, mencoba label baru dan mengasosiasikannya dengan berbagai kelompok. Adapun selama masa remaja, hubungan dengan teman sepermainan mulai menjadi hal yang utama dibandingkan dengan hubungan terhadap keluarga. Walaupun keluarga tetap menjadi prioritas, namun remaja kerap menempatkan pengaruh yang kuat terhadap persepsi dan nilai dari teman-temannya. Oleh sebab itu, selama masa remaja, para remaja mungkin memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku dan keyakinan dari kelompoknya.
Tidak heran jika banyak remaja yang aktif di berbagai jejaring sosial lebih dikarenakan unsur konformitas, dimana keikutsertaannya bertujuan untuk tetap bisa “fit in ” dengan kelompok sebayanya. Kehadiran media sosial di dalam kehidupan remaja juga dirasa menjadi salah satu sarana bagi remaja untuk menegaskan identitasnya. Remaja bisa memanfaatkan media sosial dalam mendefinisikan diri serta mencari tempat yang tepat baginya di dunia. Misalnya saja pada kasus penggunaan Facebook di kalangan remaja  dimana mayoritas remaja pengguna Facebook mengaku bahwa mereka terhubung banyak orang khususnya keluarga dan teman-teman sekolahnya. Melalui berbagai informasi yang dipublikasikan pada profil facebooknya, remaja bisa memperoleh ataupun menguatkan status sosialnya.
Media sosial dirasa menjadi salah satu sarana bagi remaja untuk mengumpulkan kepercayaan diri serta dukungan dari lingkungannya. Maka tidak heran jika remaja banyak mengakui bahwa Facebook ataupun media sosial lainnya bermanfaat karena dapat membantu mereka dalam membangun jalinan pertemanan seluas mungkin walaupun di sisi lain ada begitu banyak konsekuensi negatif yang mengikuti.
Adapun perlu diingat pula bagi generasi yang sudah terlahir dan tumbuh dengan  media sosial seperti para remaja saat ini, media sosial  memang sudah menjadi bagian dari keseharian hidup mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa remaja saat ini yang tergolong ke dalam generasi yang cenderung  tidak akan menolak teknologi baru yang dirasa mampu meningkatkan efisiensi kerja, sehingga kehadiran media sosial juga bisa memfasilitasi karakteristik “ingin diakui” mereka. Dan sejauh mana ketergantungan remaja terhadap media sosial juga mungkin berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya yang memang tidak begitu banyak terpaparkan pada beragam media sosial tersebut.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.
Direktur Pelayanan Informasi Internasional  Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) , Selamatta Sembiring mengatakan,  situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India.
Menurut data, setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Hasil studi menemukan bahwa 80 persen responden yang disurvei merupakan pengguna internet, dengan bukti kesenjangan digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan dan lebih sejahtera di Indonesia, dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan (dan kurang sejahtera). Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta dan Banten, misalnya, hampir semua responden merupakan pengguna internet. Sementara di Maluku Utara dan Papua Barat, kurang dari sepertiga jumlah responden telah menggunakan internet.
Mayoritas dari mereka yang disurvei telah menggunakan media online selama lebih dari satu tahun, dan hampir setengah dari mereka mengaku pertama kali belajar tentang internet dari teman. Studi ini mengungkapkan bahwa 69 persen responden menggunakan komputer untuk mengakses internet. Sekitar sepertiga - 34 persen - menggunakan laptop, dan sebagian kecil - hanya 2 persen - terhubung melalui video game. Lebih dari setengah responden (52 persen) menggunakan ponsel untuk mengakses internet, namun kurang dari seperempat (21 persen) untuk smartphone dan hanya 4 persen untuk tablet. Studi ini juga menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja yang disurvei tahu tentang internet dan bahwa 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet. Penggunaan media sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia.
Anak-anak dan remaja memiliki tiga motivasi utama untuk mengakses internet: untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi.
Penelitian terhadap pola komunikasi anak dan remaja melalui internet rnengungkapkan bahwa mayoritas komunikasi mereka dilakukan dengan teman sebaya, diikuti komunikasi dengan guru, dan komunikasi dengan anggota keluarga melalui media sosial.
3.      Remaja dan Media Sosial
Beberapa tahun yang lalu mudah sekali untuk menemukan orang-orang yang mencurahkan  isi hatinya di dalam sebuah buku diary. Ketika mengalami kejadian yang berarti, atau kejadian-kejadian  yang melibatkan perasaan, entah perasaan senang ataupun sedih orang-orang dengan antusias menuangkannya dalam lembaran-lembaran buku diary mereka. Dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, semua kalangan dan umur dapat dengan leluasa menulis isi hati mereka. Diary merupakan  hal yang sangat pribadi, bahkan banyak buku diary yang memiliki kunci dan gembok kecil dengan tujuan agar dapat terhindar dari tangan-tangan usil yang bisa saja membuka buku diary tanpa sepengetahuan pemiliknya. Kalaupun buku diary tersebut tidak memiliki kunci dan gembok, sang pemilik buku diary akan menyimpannya dengan hati-hati, di tempat tertentu, tersembunyi dari orang lain.

Karena isi buku diary sangat beragam, begitu banyak momen yang mungkin tidak ingin dibagi dengan orang lain entah karena malu atau alasan lainnya, diary seringkali menjadi tempat curahan hati yang paling baik, diary tidak akan membicarakan cerita-cerita menggelikan kepada siapapun, diary akan tetap diam dan menyimpan semua cerita dengan baik. Di era globalisasi ini, sudah sangat jarang ditemukan orang-orang yang menulis buku diary. Tentunya masih ada segelintir orang yang menulis buku diary, namun jumlahnya menurun drastis. Bahkan anak-anakpun jarang sekali menggunakan buku diary, tidak seperti beberapa tahun yang lalu anak-anak gemar menulis tentang kejadian dalam hari-hari mereka.

Ada banyak faktor yang dapat mengurangi penggunaan diary dalam kehidupan di era modern ini. Faktor utama tentunya perkembangan zaman, seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan manusia, teknologi berkembang begitu pesat, terutama dalam bidang informasi dan komunikasi. Misalnya, munculnya smartphone dengan berbagai merk yang memungkinkan penggunanya untuk menikmati fitur-fitur canggih yaitu penggunaan internet yang semakin cepat dan praktis, permainan-permainan online yang semakin beragam, hingga munculah jejaring sosial yang membuat orang-orang dapat terhubung satu sama lain tanpa sebuah batas. Dengan jejaring sosial semua orang dapat terhubung dengan rekan, teman, keluarga, partner bisnis bahkan dengan siapapun.

Jejaring sosial mulai terkenal ketika munculnya Friendster, MySpace hingga akhirnya munculah Facebook yang merupakan gebrakan besar bagi dunia jejaring sosial, disusul dengan Twitter yang lebih praktis dari segi tampilan dan pengaturan, lalu muncul Instagram yang merupakan jejaring sosial menarik karena Anda dapat menaruh berbagai macam foto dengan caption tertentu, sehingga Anda dapat membagi moment hidup kita dalam bentuk foto dan video. Tidak hanya itu, muncul juga Path dan FourSquare yaitu suatu jejaring yang dapat menunjukan posisi Anda, dengan fitur check-in kita dapat memberi tahu orang-orang dimana kita berada, sedang apa Anda, dan dengan siapa Anda pergi. Selain itu ada pula Tumblr, semacam blog namun dengan fitur yang menarik dan lebih Selain itu ada pula Tumblr, semacam blog namun dengan fitur yang menarik dan lebih sylish sangat cocok untuk anak muda.

Munculnya berbagai macam jejaring sosial ini membuat banyak orang tertarik untuk menggunakannya, dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Namun, remaja cenderung menjadi pengguna yang paling aktif dalam menggunakan jejaring sosial. Bahkan, seringkali remaja memposting terlalu banyak hal di jejaring sosial, dari mulai kegiatan sehari-hari hingga cerita pribadi mereka. Itulah mungkin salah satu mengapa buku diary mulai ditinggalkan. Mereka lebih memilih untuk menuliskan cerita hidupnya di jejaring sosial, dan mereka tidak lagi menyembunyikannya, mereka dengan sengaja membiarkan orang-orang membaca atau memngunjungi jejaring sosial miliknya. Dalam artikel ini saya akan membahas lebih lanjut mengenai penggunaan jejaring sosial di kalangan remaja menjadi sebuah bagian dari gaya hidup.  

Hal-hal di bawah ini merupakan beberapa faktor yang menyebabkan remaja menggunakan jejaring sosial sebagai salah satu gaya hidup :
·         Eksistensi. Setiap manusia butuh diakui keberadaannya, terutama para remaja yang sedang mencari jati diri tentu butuh diakui lebih keberadannya. Dengan aktif di sosial media remaja dapat dengan mudah diakui keberadaannya.
·         Perhatian. Setiap manusia membutuhkan perhatian baik secara langsung maupun tidak langsung. Perhatian dapat diberikan dalam bentuk kata-kata maupun tindakan. Perhatian yang paling sederhana dan mudah adalah melalui kata-kata. Oleh karena itu para remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan menuju dewasa yang tentunya membutuhkan perhatian lebih cenderung ingin mendapatkan perhatan secara instan dan terus menerus memilih sosial media sebagai sarana mendapatkan perhatian.
·         Pendapat. Pendapat adalah pikiran orang lain mengenai suatu hal. Pendapat merupakan persepsi seseorang dan pendapat setiap orang dapat berbeda-beda. Pendapat dibutuhkan dalam kehidupan seseorang, baik untuk memperluas sudut pandang, memilih sesuatu, atau mendapatkan pemikiran-pemikiran positif untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu para remaja kerap menggunakan media online dan menggunakan fitur chatting untuk saling bertukar pendapat.
·         Menumbuhkan citra. Setiap orang ingin mendapatkan citra baik. Terutama para remaja yang cenderung labil dan ingin dilihat setiap orang menginginkan pencitraan yang baik. Melalui sosial media remaja dapat dengan mudah menunjukan kelebihan mereka untuk mendapatkan pencitraan yang instan.
·         Komunikasi dan Sosialisasi. Setiap menusia membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya baik secara verbal maupun non verbal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut para remaja cenderung mencari jalan pintas untuk dapat terus berhubungan dengan keluarga, teman-teman, bahkan mencari teman baru melalui sosial media.
·         Ajang untuk Berprestasi. Selain untuk hiburan semata media social juga banyak menyediakan berbagai perlombaan online. Bagi remaja yang masih giat berkarya dan memiliki bakat di bidang teknologi, mereka membutuhkan media social untuk bisa mengasah kemampuannya melalui ajang tersebut. Contohnya saja perlombaan membuat blog, menulis cerpen, dan lain sebagainya, yang tidak jarang publikasinya melalui social media.
·         Menambah Wawasan. Tidak sedikit akun-akun contohnya saja di twitter yang berisikan tentang wawasan umum, seperti tempat – tempat bersejarah, peristiwa – peristiwa penting, hal – hal unik dan lain-lain. Bagi remaja yang pada dasarnya menyukai hal – hal yang baru dan belum ia ketahui sebelumnya, hal tersebut juga bisa menjadi jalan pintas untuk mereka bisa mengetahuinya.
·         Mengeluarkan Apa yang Dirasakan. Terkadang seseorang hanya ingin menyampaikannya tanpa mendapat komentar dari lawan bicaranya. Apalagi dalam usia remaja, sisi sensitif dan mudah tersinggung terlihat sedang mendominasi diri. Oleh sebab itulah mereka memilih media social untuk mencurahkan apa yang mereka rasakan, karena jika di dunia maya mereka bebas mengutarakan apa yang mereka rasakan karena memang itu lah dunia yang mereka buat sendiri. Terlepas dari apa tanggapan orang yang membacanya nanti.

4.      Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Waktu Bermain dan Belajar di Kalangan Remaja di Indonesia
Tahun 2004 menjadi era awal maraknya layanan internet seperti chatting, sosial media (dikenal sebagai media pertemanan saat itu), sharing video, dan juga layanan jual-beli online yang sempat disalah gunakan. Dikarenakan oleh mudah dan murahnya akses internet saat itu, para remaja bangsa Indonesia paling tidak seminggu sekali mengunjungi warung internet untuk sekedar chatting melalui aplikasi relay chat  yang dikenal dengan nama MiRC dan  juga browsing menggunakan internet explorer untuk mengakses situs pertemanan favoritnya yaitu Friendster dan Myspace. Tiga tahun berikutnya, Friendster dan Myspace masih merajai riwayat-riwayat web browser tiap-tiap warung internet yang tersebar di seluruh penjuru kota. Akan tetapi tahun ini juga mengawali era browsing  internet menggunakan telepon seluler, dikarenakan handphone saat itu harganya sudah sangat terjangkau bagi  para pelajar. Mulai dari mengunduh permainan, mencari gambar latar, juga melakukan chatting dengan aplikasi java nimbuzz, mXit, ataupun ebuddy. Saat itu  juga diselingi populernya Yahoo! Messenger di kalangan generasi muda maupun tua, dan juga dibarengi menipisnya pengguna MiRC.

Kehidupan sosialisasi generasi muda lewat sosial media saat itu masih tergolong sampingan, hingga sampai di penghujung tahun 2008, tahun dimana Friendster dan Myspace mulai berkurang penggunanya. Tahun 2008, situs sosial media Facebook telah mulai menjamah generasi muda Indonesia. Sampai saat ini, Friendster sudah melakukan pengrombakan website pertemanannya, karena kalah saing dengan Facebook. Begitu juga Myspace, sudah tak terdengar raungannya seperti dulu. Saat ini, Facebook dan sosial media yang lain seperti Twitter, Instagram, dan Path telah merajai generasi muda Indonesia. Hal ini dikarenakan semakin mudah dan murahnya biaya internet daripada tahun-tahun sebelumnya serta dapat diakses dari rumah melalui komputer pribadi ataupun telepon seluler atau mampir ke warung internet dengan uang selembar, hingga setiap menit mampu meluangkan waktu untuk sekedar memperbarui status, menyapa teman, dan sebagainya. Hal ini  juga dipicu dengan maraknya gadget Android maupun Blackberry yang hampir dimiliki oleh mayoritas generasi muda. Dengan gadget itu, mereka membawa sosial media kemanapun, bersosialisasi dimanapun dan kapanpun, bagai membawa dunianya didalam saku.

Oleh karena mudah dan murahnya akses ke berbagai sosial media seperti Facebook, Twitter, ataupun yang lainnya, muncullah berbagai macam dapak yang ditimbulkan baik itu positif maupun negatif. Dampaknya adalah semua orang menjadi mudah melakukan komunikasi seperti bertegur sapa atau bahkan melakukan rapat atau diskusi. Namun, di sisi lain, sosial media adalah tempat dimana rakyat khususnya remaja untuk melakukan perencanaan pemberontakan, revolusi, bahkan kerusuhan karena media sosial menawarkan para remaja untuk mengaktualisasikan diri yang tidak dapat mereka lakukan di kehidupan nyata. Dampak sosial media yang merajai para remajapun  juga akan mengubah kebiasaan menjadi kebarat-baratan dengan unsur kebebasan sepenuhnya, yang sangat menyimpang dari prinsip kultural Indonesia. Sosialisasi langsung nampaknya menjadi tidak terlalu penting jika sudah bersosialisasi melalui media sosial.

Menurut penelitian dari Hutahean pada tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMA di Indonesia, diperoleh hasil bahwa tingkat penggunaan sosial media yakni situs jejaring sosial seperti Facebook dan semacamnya memiliki pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Semakin tinggi tingkat penggunaan situs  jejaring sosial maka semakin menurun hasil belajar siswa, dan sebaliknya semakin rendah tingkat penggunaan situs jejaring sosial maka hasil belajar siswa akan semakin meningkat.

Penelitian lainnya dari Hutagalung, menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara adanya media internet terhadap perilaku para siswa di salah satu SMA di Indonesia pada tahun ajaran 2011/2012. Dampak negatif yang dapat terjadi yakni siswa akan lupa waktu jika terlalu lama bermain di sosial media seperti game online dan siswa juga mampu dengan mudahnya membuka situs-situs  pornografi. Hal tersebut tentunya sangat bertolak belakang dengan kultural Indonesia. Selain itu, jika remaja menggunakannya secara berlebihan, akan terjadi ketergantungan serta penyalahgunaan fasilitas yang tidak benar, seperti saling menghina di status dan bertengkar di status yang akan menimbulkan perkelahian atau pertengkaran. Disamping itu, perhatian dan konsentrasi pelajar juga menjadi berkurang akibat penggunaan sosial media seperti chatting tanpa tujuan atau random searching  yang mengakibatkan kondisi yang tidak produktif.

5.      Pengendalian Penggunaan Media Sosial yang Dapat Dilakukan di Indonesia
Ketergantungan aktivitas anak remaja dalam bermain pada jejaring sosial dilatarbelakangi oleh pengawasan dan perhatian yang kurang dari orangtua. Sikap dan  peran orang tua sangat penting terhadap masalah pengaruh negatif dari media internet. Akan tetapi peran masyarakat sebagai elemen pergaulan remaja juga mempunyai andil yang lebih besar lagi, karena remaja tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sekitarnya. Disamping itu, kondisi remaja Indonesia saat ini yang masih tergolong sangat labil, ada yang telah mampu menyaring pengaruh dari sosial media dengan benar, namun ada juga yang belum bisa. Oleh karena itu, pemerintah dapat melakukan pengendalian terhadap media telekomunikasi untuk membantu para remaja menyaring pengaruh- pengaruh sosial media, karena di dalam undang-undang telah tertulis bahwa pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengatur media telekomunikasi, sehingga pemerintah dapat  juga menerapkan adopsi penyaringan konten-konten sensitif di internet khusunya yang terdapat di media sosial seperti yang dilakukan pemerintah Cina.
Penyaringan bisa dibatasi untuk konten-konten sensitif serta informasi yang dianggap dapat merugikan dan membahayakan negara. Pembatasan penggunaan media sosial juga perlu diperketat misalnya dengan cara pembatasan izin penggunaan media sosial di jam-jam tertentu di sekolah-sekolah. Pengetahuan mengenai usaha optimalisasi pemanfaatan sosial media juga perlu ditambahkan pada kurikulum pendidikan di Indonesia. Dengan adanya hal tersebut, diharapkan mampu memunculkan kesadaran para siswa untuk lebih memanfaatkan sosial media dengan lebih baik lagi, seperti berbagi ilmu pengetahuan, membentuk relasi, ataupun berbisnis.





BAB 3
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi memberi kemudahan dalam berinteraksi. Banyak bermunculannya media sosial sebagai bukti perkembangan teknologi komunikasi ternyata memberikan pengaruh terhadap waktu bermain dan belajar remaja. Saat ini, penggunaan media sosial dikalangan remaja dapat digunakan secara positif untuk pengaktualisasian diri, berbagi tugas sekolah, dan bermain. Namun, penggunaan tersebut juga tidak jarang menimbulkan dampak negatif. Remaja seringkali keluar batas dalam pemanfaatan media sosial sebagai sarana hiburan. Pemanjaan yang ditawarkan oleh media sosial menyebabkan banyak remaja yang lupa waktu dan justru asik bermain dengan media sosialnya sehingga lupa waktu belajar. Semakin tinggi penggunaan media sosial sebagai sara hiburan dikalangan remaja berdampak pada penurunan prestasi mereka di sekolah.

Hal lain yang juga dipengaruhi dari penggunaan media sosial terhadap waktu bermain dan belajar oleh remaja adalah ketergantungan akan media sosial oleh para remaja. Kadang mereka lupa bahwa mereka hidup bukan hanya di dunia maya tapi juga di dunia nyata. Remaja pengguna media sosial umumnya mengenal orang yang jauh namun justru tidak kenal dengan teman-teman yang berada dilingkungan sekelilingnya. Dalam pergaulan, hal tersebut berkorelasi pada aktualisasi diri yang dapat mempengauhi prestasi seorang remaja.


2.      Saran
1.      Mengetahui tingginya penggunaan media sosial di kalangan remaha pihak orang tua dan guru harus mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka dalam aktivitas digitalnya, dan terlibat didalamnya. Salah satu cara sederhana, contohnya orang tua dapat menjadi teman di akun jejaring sosial anak, karena di sinilah anak-anak dan remaja bermain di dunia maya. Di sini orang tua dapat bergabung dan berkomunikasi secara intensif dengan anak- anak untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka di dunia cyber.

2.      Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan isi internet - ISP dan pemerintah - perlu meningkatkan keamanan konten atau proteksi sehingga dapat menjadikan dunia maya sebagai ruang yang aman dan positif bagi anak anak dan remaja untuk hidup dan tumbuh. Sebuah studi menemukan bahwa banyak anak-anak yang tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di sosial media, sebagian besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up atau melalui link yang menyesatkan.


3.      Perlu perhatian khusus untuk memberikan informasi bagi anak dan remaja tentang resiko bahaya yang mungkin timbul dari pertemuan langsung dengan seseorang yang baru dikenal dari media sosial.

4.      Anak-anak dan remaja harus terus dimotivasi untuk memandang dan menjadikan media sosial sebagai sumber informasi yang berharga, dan untuk memanfaatkannya secara maksimal untuk membantu pendidikan, meningkatkan pengetahuan, memperluas kesempatan dan keberdayaan mereka dalam meraih kualitas kehidupan yang lebih baik.


Komentar